Kelompok 2 fitokimia--BATASAN DAN PEMBAGIAN STEROID TUMBUHAN PENGHASIL STEROID
NAMA: ANITA SAVITRI
NIM: G1E121027
MK: FITOKIMIA II
JUDUL: "BATASAN DAN PEMBAGIAN STEROID TUMBUHAN PENGHASIL STEROID"
LINK YT: https://youtu.be/NeHSusfOUqs
NAMA: ANITA SAVITRI
NIM: G1E121027
MK: FITOKIMIA II
JUDUL: "BATASAN DAN PEMBAGIAN STEROID TUMBUHAN PENGHASIL STEROID"
LINK YT: https://youtu.be/NeHSusfOUqs
Dalam hasil penelitian pada jurnal yang telah disampaikan bahwa kandungan yang lebih banyak dalam daun kelor adalah kandungan senyawa stigmasterol dan beberapa kandungan steroid lainnya. Stigmasterol itu sendiri adalah senyawa sterol yang terdapat dalam tanaman yang memiliki efek antihiperkolesterol. Dimana senyawa-senyawa tersebut tidak berpengaruh dalam peningkatan produksi asi. Namun mengapa daun kelor tersebut dipercaya dapat meningkatkan produksi asi bagi ibu hamil? Dan apakah steroid tersebut aman jika dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui?
BalasHapusMoringa (kelor) kaya akan
Hapusfitosterol seperti stigmasterol, sitosterol. Senyawa tersebut merupakan prekursor hormon. Senyawa ini dapat meningkatkan produksi estrogen (hormon estrogen), yang mana dapat merangsang proliferasi saluran kelenjar susu untuk menghasilkan air susu. Jadi steroid yang ada pada kelor aman dikonsumsi oleh ibu hamil maupun ibu menyusui, karena juga terbukti dapat memberikan efek positif untuk memperlancar air susu.
Pada jurnal skrining fitokimia ekstrak etanol kulit batang kelor dilakukan uji fitokimia untuk mengidentifikasi senyawa flavonoid, alkaloid, fenol, Tanin dan Saponin dan hasil dari skrining fitokimia tersebut menghasilkan bahwa ekstrak etanol kulit batang kelor tersebut positif mengandung senyawa uji fitokimia tersebut kecuali Saponin, hal apa yang menyebabkan ekstrak tersebut tidak mengandung Saponin dan apakah pereaksi yang digunakan pada uji fitokimia tersebut mempengaruhi hasil uji, tolong jelaskan bagaimana cara yang tepat untuk menentukan pereaksi yg tepat untuk uji fitokimia tersebut?
BalasHapusUntuk saponin kemungkinan memang tidak ada dalam daun kelor karena setelah dilakukan pengujian tersebut tidak membentuk busa yang stabil setelah diberikan indikator atau reagen. Untuk reagen yang digunakan pada pengujian saponin sudah benar dan dalam melakukan skrinning fitokimia dengan cara pengujian warna telah ditentukan reagen reagennya untuk masing-masing pengujian senyawa metabolit sekunder. Pengujian saponin itu sendiri menggunakan air dan penambahan HCl. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang mudah terdeteksi melalui kemampuannya dalam membentuk busa. Komponen ikatan glikosida yang terdapat di dalam saponin menyebabkan senyawa ini cenderung bersifat polar. Buih yang dihaslikan pada pengujian ini bersifat stabil. Penambahan HCl mampu membuat busa lebih mantap dan stabil. Busa yang timbul disebabkan karena senyawa saponin mengandung
Hapussenyawa yang sebagian larut dalam air (hidrofilik) dan senyawa yang larut dalam pelarut nonpolar
(hidrofobik) sebagai surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan. Saat
digojok, gugus hidrofil akan berikatan dengan air sedangkan gugus hidrofob akan berikatan dengan
udara sehingga membentuk buih.